Langsung ke konten utama

Peluncuran Buku Menyulam Cahaya di padasuka.

Bertepatan dengan Reuni Akbar Lintas Angkatan SMA Negri 4 Tangerang (d/h SMAN 3) dan Perayaan Ulang Tahun ke 40 SMA Negeri 4 Tangerang telah diluncurkan buku perjalanan 40 tahun SMAN 4 Tangerang berjudul Menyulam Cahaya di PadasukaDari SMA Negeri 3 Tangerang ke SMA Negeri 4 Tangerang: Perjalanan 40 Tahun Membangun Generasi Unggul.

Peluncuran dihadiri oleh alumni mulai dari angkatan pertama yang lulus tahun 1987 sampai angkatan 2025, guru dan pegawai yang pernah mengabdi, guru yang masih aktif dan Wakil Walikota Tangerang, H. Maryono Hasan, yang juga merupakan alumni tahun 1993.

Menyulam Cahaya di Padasuka adalah karya monumental yang tidak hanya menyimpan sejarah institusi pendidikan, tetapi juga menegaskan identitas dan nilai luhur yang diwariskan lintas generasi. Buku ini menjadi saksi perjalanan dari keterbatasan menuju keunggulan, dari tanah Padasuka yang sederhana menuju sekolah berprestasi dan Sekolah Penggerak. Ia layak dibaca oleh siapa pun yang percaya bahwa pendidikan adalah perjalanan panjang yang penuh harapan.






Resensi Buku:

Menyulam Cahaya di Padasuka: Dari SMA Negeri 3 Tangerang ke SMA Negeri 4 Tangerang – Perjalanan 40 Tahun Membangun Generasi Unggul

Penulis: Entis Sutisna, S.Pd.
Penerbit: SMA Negeri 4 Tangerang
Cetakan Pertama: November 2025
Tebal: 256 halaman (estimasi dari struktur isi)
Editor: Dr. Vedia, M.Pd.


Ikhtisar Isi

Buku Menyulam Cahaya di Padasuka merupakan dokumentasi historis empat dekade perjalanan lembaga pendidikan yang kini dikenal sebagai SMA Negeri 4 Tangerang, sejak kelahirannya sebagai SMA Negeri 3 Tangerang pada tahun 1984. Buku ini menyajikan rekam jejak institusi secara naratif dan personal, memadukan data sejarah, wawancara, arsip dokumentasi, dan kisah-kisah humanis para pelaku sejarah—guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, dan alumni.

Buku ini dibagi ke dalam enam bab utama, mulai dari perubahan sosial wilayah Tangerang sebagai latar berdirinya sekolah, masa perintisan dengan fasilitas minim dan kondisi belajar nomaden, periode transformasi kepemimpinan dari masa ke masa, hingga capaian prestasi sekolah di berbagai bidang. Pada bagian akhir, buku menampilkan kisah inspiratif alumni, yang menggambarkan kuatnya peran sekolah dalam membentuk karakter dan masa depan siswa.

Sebagai pembuka, pembaca disuguhi puisi puitis “Jejak Langkah di Lintasan Waktu”—yang menjadi pintu masuk emosional untuk menyelami perjalanan panjang Padasuka.


Kelebihan Buku

  1. Pendekatan naratif-historis yang kuat dan emosional
    Buku tidak hanya menyampaikan data kronologis, tetapi menghidupkan kembali atmosfer masa-masa awal melalui narasi literer yang puitis. Pembaca dapat merasakan tantangan, kegembiraan, romantika, bahkan konflik yang mewarnai perjalanan sekolah.
  2. Dokumentasi sejarah edukatif yang komprehensif
    Buku ini bukan hanya catatan nostalgia, tetapi dokumen penting yang merekam transformasi pendidikan di Tangerang; relevan untuk kepala sekolah, guru, peneliti pendidikan, dan alumni.
  3. Penekanan kuat pada nilai karakter dan budaya sekolah
    Buku menggambarkan bahwa keunggulan sekolah tidak hanya dibangun melalui infrastruktur, tetapi juga etos kerja, disiplin, dan kolaborasi yang ditanamkan para pemimpin dan guru.
  4. Kisah alumni yang inspiratif
    Bagian ini memberi bukti konkret bahwa sekolah telah melahirkan generasi yang berkontribusi pada masyarakat dalam beragam bidang.

Kekurangan Buku

  1. Detail informasi yang sangat kaya membuat buku terasa padat
    Beberapa bagian narasi biografis atau kronologis dapat terasa panjang dan kurang ringkas, terutama untuk pembaca umum yang tidak terkait langsung dengan sekolah.
  2. Kurangnya visualisasi grafis pendukung
    Mengingat buku memuat banyak perjalanan sejarah, peta periode perubahan, bagan kepemimpinan, atau infografik prestasi akan membantu pembaca memahami alur secara visual.

Nilai Kebermanfaatan

Buku ini layak menjadi:

  • Dokumen sejarah resmi sekolah
  • Bahan literasi budaya sekolah untuk siswa baru
  • Referensi penelitian tentang manajemen perubahan sekolah dan sejarah pendidikan daerah
  • Bahan inspirasi bagi pengambil kebijakan dan calon pemimpin sekolah

Lebih dari sekadar dokumentasi, buku ini menyampaikan pesan kuat bahwa pendidikan adalah kerja peradaban yang dibangun oleh cinta, pengorbanan, dan integritas.


Kesimpulan

Menyulam Cahaya di Padasuka adalah karya monumental yang tidak hanya menyimpan sejarah institusi pendidikan, tetapi juga menegaskan identitas dan nilai luhur yang diwariskan lintas generasi. Buku ini menjadi saksi perjalanan dari keterbatasan menuju keunggulan, dari tanah Padasuka yang sederhana menuju sekolah berprestasi dan Sekolah Penggerak. Ia layak dibaca oleh siapa pun yang percaya bahwa pendidikan adalah perjalanan panjang yang penuh harapan.

Rekomendasi sangat kuat bagi pendidik, pemimpin sekolah, dan peneliti pendidikan.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Mutu Pendidikan Indonesia Tak Kunjung Membaik: Menggugat Akar Permasalahan yang Terabaikan

Pendidikan Indonesia berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Fakta ini bukan sekadar asumsi pesimistis, melainkan realitas yang terdokumentasi dalam berbagai indikator internasional dan nasional. Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 menunjukkan bahwa skor Indonesia dalam kemampuan membaca mencapai 359, matematika 366, dan sains 383—seluruhnya terpaut lebih dari 100 poin dari rata-rata global. Meskipun peringkat Indonesia naik 5-6 posisi dari tahun 2018, kenaikan ini lebih disebabkan oleh penurunan drastis negara-negara lain akibat pandemi, bukan karena perbaikan substansial kualitas pembelajaran kita. Yang lebih memprihatinkan, hampir tidak ada siswa Indonesia yang mencapai level 5-6 (tingkat kemahiran tertinggi) dalam ketiga aspek yang diujikan. Rendahnya mutu pendidikan tidak hanya tampak dari capaian akademik. Dimensi non-akademik pun menunjukkan potret yang sama kelamnya. Sepanjang tahun 2024, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat 5...

Pemanfaatan AI untuk Pembuatan Bahan Ajar dan Media Pembelajaran.

  Pembelajaran berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka menuntut guru untuk menyediakan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan peserta didik. Pendekatan ini tidak lagi menganggap siswa sebagai kelompok homogen, melainkan menghargai setiap individu dengan karakteristik yang berbeda-beda. Dalam konteks ini, bahan ajar dan media pembelajaran memainkan peran krusial dalam memastikan bahwa setiap siswa dapat mengakses dan memahami materi dengan cara yang paling sesuai untuk mereka. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, bahan ajar dan media pembelajaran perlu memiliki fleksibilitas yang tinggi. Sebagai contoh, untuk siswa yang visual learner , bahan ajar dan media pembelajaran berbasis grafik atau diagram mungkin lebih efektif dibandingkan teks naratif panjang. Sedangkan untuk siswa yang auditori, penggunaan bahan ajar berupa podcast atau rekaman audio dapat meningkatkan pemahaman mereka. Di sisi lain, untuk siswa kinestetik, bahan ajar yang memungkinkan mer...